saat azan subuh berkumandang matahari mulai menampakan diri, keheningan berbicara dalam satu rumah yang sangat sederhana. Tinggalah satu keluarga yang hidup dalam kasih sayang keimanan, disebuah kamar yang mungil. Bangunlah seorang gadis dari lelap tidurnya ia bernama Maya.
Assalamualaikum Pagi....dengan membuka jendela Maya berkata"tukang ronda beranjak pulang, sedang yang lainya terbangun dari mimpi, aku bangun bersama kicau burung" Segala pujia bagi Allah atas nimat yang telah engkau beri.
Dibalik pintu terdengar suara mengetuk dengan nada lembut. 'tok'tok'tok dengan nada lembut Ibu membangunkan Maya. Ibu : may, sudah waktunya solat subuh. Maya : iya bu maya sudah bangun ko. Ibu : sehabis solat, lekas mandi! sarapan sudah ibu siapkan. Maya : iya bu, terimsksih.
Sudah waktunya kubasuh muka ini untuk mesucikan diri menghadap kepadaMu, yang Maha indah nan Maha Suci. Diriku yang hanya sekecil debu mengharapkan perlindungan, juga pertologanMu dengan mengucap Bismillah aku datang untuk menghambakan diriku,
maya bersiap pergi untuk beraktifitas di awali dengan sarapan di meja makan,
'Alhamdulillah ya bu kita masih diberi Rizki walaupun lauknya sederhana tetapi bermakna dengan takwa'.
dengan nada sopan dan penuh ke santunan yang keluar dari bibir lembut maya ia memulai perbincangan hangat kepada ibunya. Iya may, mudah-mudahan kita tetap bisa istiqomah. Ibunya pun membalas dengan penuh kata syukur. Setelah maya sarapan barulah maya menghadapi hidup ini "Ah hidup ini...
Maya Syarifatun Nisa. adalah anak kedua dari lima bersaudara, Abangnya Rafik meninggal lima tahun lalu, karna terkena demam yang sangat tinggi.
Mahasiswi dari fakultas Dakwah di salah satu universitas islam negri (UIN) Bandung ini cukup aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan namun uniknya Maya mempunyai hobi yang sangat-sangat jarang di miliki wanita mana pun yaitu memancing entah apa yang ada dalam pikiran Maya sehingga memiliki hobi memancing, Maya juga di juluki si ikan pintar.
Bersambung....
Part 2
Dari Kota
Madiun di dalam lembaga kesenian rakyat (Lekra) duduk merenung seorang
laki-laki sambil memandang lampu-lampu Kota dengan kesunyian.
Botak :
Kamerat tidak makan...? pesta menunggu kehadiran mu untuk menciptakan warna menjadi makna,
Joko :
Bagaimana mungkin umakan wajahnya di dalam roti, bagaimana mungkin kuminum
senyumnya di dalam susu, saat kau melangkahkan kaki kau tak tahu bahwa waktu
pernah berhenti bahkan untuk bahagia, sedih, duka, maupun suka tak satu pun
pintu yang membuka,
Botak : Apa yang membuat mu gundah Kamerat...?
Joko : Belahan jiwa jauh di sebrang sana ku
harap hadir saat ini dan detik ini,
Botak :
Berpestalah..! kau pasti bisa melupakannya Ayolah Kamerat.! Kaum proletar menunggu kehadiran
mu, pagi akan tiba usia malam sedikit lagi akan berhenti,
Joko :
Apakah cahaya adalah cahaya jika dirinya tak bisa ku lihat..? kesenangan apa
yang menyenangkan jika dirinya tak datang..? kecuali jika aku bisa membayangkan
dirinya bersembunyi di balik bayang-bayang kesempurnaan, kecuali jika aku
melihatnya pada hari ini. burung merpati tidak akan pernah memainkan musiknya
lagi jika ia tak datang pada hari ini, tak ada hari-hari bagi ku lagi ia adalah
belahan jiwa ku,
Botak :
Dilanda jatuh cinta kau rupanya,” pesta sedikit lagi akan berakhir kau banyak
mendapati banyak wanita-wanita menarik disana untuk bisa berkenalan juga menari
bersama mereka sekedar untuk melupakan kegundahan dan kebosanan mu untuk sesaat.
Joko :
Apakah ada yang bisa menyamainya..? di sudut kota tua jauh di Jakarta, pertama
kali aku berjumpa dengan nya, demi bintang-bintang yang bertaburan, kecantikan
yang begitu indah bahkan terlalu indah bagi dunia yang memuakkan ini, tak
pernah ku melihat kecantikan yang begitu indah kecuali hari ini,
Botak :
Aku hanya tau yang ku dapat dari wanita hanyalah kesenangan atau sekedar
melepaskan rasa letih dan lesu belaka, bukan percintaan,
Joko : Bagaimana kau bisa mengerti arti kehilangan belahan jiwa,,? Oleh orang seperti mu
yang tak memiliki jiwa
Joko adalah
seorang seniman teater yang akitif berpolitik di dalam wadah partai komunis Indonesia.
Ia di besarkan dari keluarga yang hanya berpenghasilan upah buruh tekstil di
sebuah pabrik yang berlokasi tidak jauh dari Pusat kota tepatnya di daerah
Bekasi, dan ia sedang menyelesaikan masa pendidikan
kepartaiannya di Madiun,
Bersambung...
Part 3
Part 4
Maya pergi untuk mencari ilmu di kampus sambil berorganisasi, disana saat ia sedang berjalan pergi Maya kagum dengan keindahan sawah ladang yang ada disana, bait-bait puisi pun terlantun dari kedua bibirnya yang tipis.
"Atas padi dan sawah ladang bumi mu,
Ku panjatkan syukur dan ku nyanyikan lagu gembira,
Sebagaimana padi itu sendiri bahagia dan bersuka ria kepada Mu,
Lahir dari tanah menguning di sawah,
Menjadi beras di tampah kemudian sebagai nasi memasuki kerongkongan hamba Mu yang gerah,
Adalah cara paling mulia bagi padi itu kembali ke pangkuan Mu.
Betapa bahagia pisang yang di kuliti,
Dan dimakan oleh manusia karna begitulah tugas luhurnya di dunia,
Pada pengolahan usus para hamba Mu,
Menjadi sari inti kesehatan dan kesejahteraan.
begitu pula udara yang di tiup,
Air yang di tegup,
Dan berjuta mineral yang terkandung menjadi perhiasaan bumi,
Aku berjamaah dengan siang dan malam,
Dengan matahari yang selalu setia bercahaya.
Dan angin yang berhembus menyejukan manusia.
Bersambung...
Part 5
Maya adalah seorang aktifis dakwah yang ikut partai masyumi yang aktif di kampusnya di zaman itu penguasa (Presiden) dekat dengan PKI. Setelah selesai kuliah Maya aktif meneliti dan dakwah di masyarakat, disaat Maya meneliti di masyarakat Maya melihat banyak sekali penderitaan yang terjadi di masyarakat.
Lalu dia menulis kejadian yang menyakitkan dan memilukan apakah ini wajah penguasa yang mengaku bertujuan?
"Pembantaian,penyiksaan,penjarahan atas nama kesejahteraan
ya Allah, bumi mu yang dulu indah perlahan tersingkir,
semoga aku termasuk orang yang mampu berfikir
mungkinkah aku hanya diam ketika hati bergejolak melawan,
Bulan pucat pasih oleh wajah para ibu yang menyaksikan anaknya mati
Para wanita yang telah menjadi janda karna kehilangan suaminya
Apakah ini gambaran dari bangsa yang mulia
Atas nama revolusi dengan gampangnya mereka menghilangkan nyawa
Ya Allah, kuatkan lah hamba mu ini untuk melangkah
Kutitipkan jiwa dan raga ku pada perlindungan Mu yang maha sempurna
Karna mulai detik ini semua akan ku perjuangkan dan tak ada kata mundur semakin tiba di ujung jalan sudah sekalian selamat jalan sampai semua kembali pada fitrah dari kemanusiaan sesuai apa yang telah engkau firman kan
Jangan kau tangisi ia yang telah melangkah ke jalan Fisabilillah
Karna mereka tau kemana harus menjual nyawa
Jangan kau sesali dia yang telah melangkah pada jalan Fisabilillah
Karna bumi dan langit ini sungguh sangat mengetahui untuk apa ia mati
Ribuan orang terbunuh dan terbantai penindasan dan penyiksaan hanya karna mereka mengatakan bahwa firman itu adalah benar.
Bersambung...
Part 6
Maya disitu di ditemani oleh sahabatnya yang bernama ajeng, dari situasi tersebut terjadi percakapan di antara mereka berdua.
Ajeng. : Biadab, masjid di bakar santri dan ulama di culik di siksa dan di bunuh kita harus menuntut keadilan.
Maya. : Ya kita akan melawan tetapi kita tidak boleh gegabah dahulu kala Nabi dan para sahabat pun mengalami hal yang sama, disini kita harus mencontoh beliau untuk menggalang kekuatan agar kita dapat melawan tirani dan kita sebagai wanita kelak akan menjadi seorang ibu di saat itu kita berkewajiban untuk mendidik anak-anak kita menjadi pembela agama Allah.
Ajeng. : Tetapi sampai kapan kita harus menunggu?
Maya. : Sampai Allah ridho dengan perjuangan ini, untuk saat ini dakwah dan kesabaran adalah point yang paling utama, untuk bisa masyarakat kembali kepada kebenaran caranya adalah berdakwah dengan kasih sayang.
Ajeng. : Rasanya hati ini sudah tak kuat lagi menahan rasa marah dan benci.
Maya : Kita harus tetap sabar saat ini kita masi lemah, seperti nabi kita dahulu bersabar terhadap makian dan hinaan juga siksaan yang ia dapatkan dan kita sebagai wanita seharusnya makhluk yang paling pandai menyebarkan cinta kasih kepada manusia, itulah fitrah keibuan yang ada dalam diri kita. Saat ini kita akan melawan melalui tulisan pemikiran kita, karna dakwah mengajak manusia kepada kebenaran.
Di situasi yang lain joko yang pada saat ini masih dalam masa pendidikan ditugaskan oleh partai ke jakarta untuk mengemban misi penyebaran paham komunis agar semakin luas di masyarakat
Botak. : Kamerat kantor pusat menugaskan membantu kader di Jakarta, bukan kah itu adalah kota kekasih mu tinggal.
Joko. : Benarkah itu botak? Jika itu memang benar aku adalah laki-laki bodoh yang beruntung.
Botak. : ya itu benar! Bila aku berbohong kau bisa mengambil jantung ku, lalu kau berikan kepada binatang.
Joko. : Aku senang sekali aku sudah tidak bisa lagi menahan rinduku padanya ingin sekali aku berjumpa denganya, suaranya yang merdu yang lebih merdu dari kicau kenari. Bahkan akan ku bunuh semua kenari bila mengganggu kekasih ku saat bernyanyi juga kecantikannya yang bahkan mawar pun akan malu saat melihat kecantikan kekasih ku karna mereka tidak dapat menyainginya dan matanya bagaikan purnama utuh sinarnya mampu menerangi kegelapan malam di hati ku. Bersumpah lah Botak! Bahwa yang kau katakan itu adalah benar atau jika tidak maka kuburan akan menjadi ranjang pengantin untuk ku karna aku tak sanggup lagi menahan rindu ini.
Bersambung...
Part 7
Berangkatlah joko bersama sahabatnya Botak ke Jakarta dengan mengantongi misi, menjadikan Jakarta lautan merah, dengan rasa rindu yang begitu dalam perjumaapn yang di harapkan. suasana bahagia dalam hati joko. hingga mereka berdua tiba di Jakarta.
"Apakah ini wajah seniman yang akan menjadikan Jakarta lautan merah" Botak melontarkan pertanyaan kepada joko dengan wajah yang penuh semangat itu.
"Kita akan jadikan jakarta menjadi lautan merah sudah saatnya proletar menjadi pemimpin bangnsa ini." dengan wajah penuh keyakinan pula Joko menyambut pertanyaan Botak. di tambah lagi dia akan berkunjung kerumah kekasihnya,
Setelah sampai di Jakarta Joko bergegas mencari alamat Sri. "Dikota tua lampu jalan bercahaya dengan sorot mata bahagia. Akhirnya joko sampai di depan kediaman Sri sambil membayangkan bagaimana dahulu dia pernah punya kenangan bersama kekasihnya itub di tempat ini.
selang beberapa saat Joko tak melihat ada tanda-tanda penghuni rumah dan dia langsung bertanya kepada bapak paruh baya yang sedang asik menyeruput teh dari gelas yang sudah mulai agak kusam, "Maaf pak, kalu saya boleh tau dimana sekarang Sri tinggal pak?" dengan nada sedikit kecewa Joko karna yang di jumpanya sudah tak nampak keberadaannya.
"Diaa sudah pindah kerumah yang ada di ujung Gg ini dik." dengan telunjuk yang sudah nampak keriput itu menunjuk salah satu rumah yang Besar. " dan dia sudah menjadi istri seorang pengusaha sehingga namanya pun berubah menjadi Nyonya Sri Bagus Pratama.
semakin jelas rawut kekecewaan dari wajah joko mendengan penjelasan dari Bapak paruh baya itu.
Malam telah berkhianat
Bumi bopeng oleh luka
Meratap dan terguncang
Hal yang tidak dapat joko percaya, kekasih yang selama ini di rindukannya telah berkhianat. dengan langkah putus asa Joko berjalan pulang dengan amarah luka dan kecewa. dengan sebotol beer murahan yang ia beli di pinggir jalan, lalu dia melampiaskan rasa amarahnya kepada malam, dan oranng yang lalu lalang di sekitar nya menganggap bahwa dia sudah gila dan tidak waras lagi.
"Sekali lagi ku isi cawan dengan rasa kecewa
lalu ku reguk sekering-keringnya hingga bulan menyentak cahaya
menerang kelam di langit mega,
kalau harus menangis menangis sajalah
peduli apa rasa pedih dan perih
biar ku tertawa dan berteriak semuak-muaknya
nembusalah luka yang bersemayam di tubuh rentah,
reguklah air mata dalam ramuan yang paling gila
lalu menyindirilah di sepanjang usia malam."
Sepulangnya ke markas botak bertanya dan ingin mengetahui bahagia apa yang di dapatkan oleh sahabatnya setelah menjumpai kekasihnya.
" cerita apa yang bisa ku dengar tentang pertemuan sahabatku bertemu kekasihnya?"
Joko hanya terdiam dengan wajah termenung .
"ada apa kamerat? botak kembali menegaskan pertanyaannya karna melihat sahabatnya nampak kacau.
" tak ku lihat cahaya bahagia di wajah mu. bukan ini wajah seorang peria yang bertemu kekasihnya!"
"Aku telah hilang, hidupku telah tiada, wanita yang selama ini ku impikan dia bukan milikku lagi botak! aku hanya ingin berjalan sendiri menangis dan meratapi. dan ku ingin hujan turun rintih di malam ini.
Bersambung...
Part 3
Di pagi hari
di dalam istana ke Presidenan terjadi diskusi penting yang di mulai dengan
sapaan yang biasa,
Presiden :
Apa kabar mu kolonel...?
Kolonel
Lukman : Saya kabar baik Pak,
satu kehormatan dapat bertemu dengan bapak, bapak sendiri bagai mana kabarnya...?
Presiden : Secara umum kabar saya
baik-baik saja, karna saya masih bisa berjalan, dan bekerja, tetapi secara
khusus ‘’yaahhh, ada sakit diabetes, rematik, dan asam urat, memang sudah usia
kalau di rasakan memang ingin mengeluh rasanya.
Kolonel
Lukman : Sabar Pak!, Bapak jangan
terlalu setres untuk bapak saya siap membantu apapun yang bapak butuhkan.
Presiden : Kolonel, memang saya
memanggil mu disini ada keperluan yang sangat penting, masyarakat kita sudah
menjadi masyarakat pembangunan, percepatan ekonomi membuat kemiskinan berkurang
tetapi ada saja orang yang mbalelo, selalu saja ada orang yang tidak puas” dan
senang mencari kesalahan-kesalahan orang lain, masyarakat kita masih bodoh
mesti di “upgrade” mesti di jejali dengan rumus-rumus asing dan budaya barat,
agar tidak ketinggalan dan menjadi masyarakat yang maju dan moderen.
Kolonel
Lukman : Siapa saja orang yang
menggagu bapak dalam pemerintahan...?
Presiden : Ada sebagian yang anti
dengan asing, juga ada sebagian yang anti dengan pemodal, padahal dengan adanya
modal asing kita ada di zaman era pembangunan, dan sebagian lagi orang yang
selalu membuat propaganda dengan selogan-slogan ke Agamaan, yang juga
menghambat kemajuan karna mereka tenggelam didalam utopia agamanya sendiri,
Kolonel
Lukman.
Adalah seorang
petinggi Tentara yang telah di sumpah setia terhadap negara, yang memiliki
ambisi untuk bisa memiliki karir yang paling tinggi di tentara menjadi jendral
di komando pasukan kusus.
Bersambung...
Part 4
Maya pergi untuk mencari ilmu di kampus sambil berorganisasi, disana saat ia sedang berjalan pergi Maya kagum dengan keindahan sawah ladang yang ada disana, bait-bait puisi pun terlantun dari kedua bibirnya yang tipis.
"Atas padi dan sawah ladang bumi mu,
Ku panjatkan syukur dan ku nyanyikan lagu gembira,
Sebagaimana padi itu sendiri bahagia dan bersuka ria kepada Mu,
Lahir dari tanah menguning di sawah,
Menjadi beras di tampah kemudian sebagai nasi memasuki kerongkongan hamba Mu yang gerah,
Adalah cara paling mulia bagi padi itu kembali ke pangkuan Mu.
Betapa bahagia pisang yang di kuliti,
Dan dimakan oleh manusia karna begitulah tugas luhurnya di dunia,
Pada pengolahan usus para hamba Mu,
Menjadi sari inti kesehatan dan kesejahteraan.
begitu pula udara yang di tiup,
Air yang di tegup,
Dan berjuta mineral yang terkandung menjadi perhiasaan bumi,
Aku berjamaah dengan siang dan malam,
Dengan matahari yang selalu setia bercahaya.
Dan angin yang berhembus menyejukan manusia.
Bersambung...
Part 5
Maya adalah seorang aktifis dakwah yang ikut partai masyumi yang aktif di kampusnya di zaman itu penguasa (Presiden) dekat dengan PKI. Setelah selesai kuliah Maya aktif meneliti dan dakwah di masyarakat, disaat Maya meneliti di masyarakat Maya melihat banyak sekali penderitaan yang terjadi di masyarakat.
Lalu dia menulis kejadian yang menyakitkan dan memilukan apakah ini wajah penguasa yang mengaku bertujuan?
"Pembantaian,penyiksaan,penjarahan atas nama kesejahteraan
ya Allah, bumi mu yang dulu indah perlahan tersingkir,
semoga aku termasuk orang yang mampu berfikir
mungkinkah aku hanya diam ketika hati bergejolak melawan,
Bulan pucat pasih oleh wajah para ibu yang menyaksikan anaknya mati
Para wanita yang telah menjadi janda karna kehilangan suaminya
Apakah ini gambaran dari bangsa yang mulia
Atas nama revolusi dengan gampangnya mereka menghilangkan nyawa
Ya Allah, kuatkan lah hamba mu ini untuk melangkah
Kutitipkan jiwa dan raga ku pada perlindungan Mu yang maha sempurna
Karna mulai detik ini semua akan ku perjuangkan dan tak ada kata mundur semakin tiba di ujung jalan sudah sekalian selamat jalan sampai semua kembali pada fitrah dari kemanusiaan sesuai apa yang telah engkau firman kan
Jangan kau tangisi ia yang telah melangkah ke jalan Fisabilillah
Karna mereka tau kemana harus menjual nyawa
Jangan kau sesali dia yang telah melangkah pada jalan Fisabilillah
Karna bumi dan langit ini sungguh sangat mengetahui untuk apa ia mati
Ribuan orang terbunuh dan terbantai penindasan dan penyiksaan hanya karna mereka mengatakan bahwa firman itu adalah benar.
Bersambung...
Part 6
Maya disitu di ditemani oleh sahabatnya yang bernama ajeng, dari situasi tersebut terjadi percakapan di antara mereka berdua.
Ajeng. : Biadab, masjid di bakar santri dan ulama di culik di siksa dan di bunuh kita harus menuntut keadilan.
Maya. : Ya kita akan melawan tetapi kita tidak boleh gegabah dahulu kala Nabi dan para sahabat pun mengalami hal yang sama, disini kita harus mencontoh beliau untuk menggalang kekuatan agar kita dapat melawan tirani dan kita sebagai wanita kelak akan menjadi seorang ibu di saat itu kita berkewajiban untuk mendidik anak-anak kita menjadi pembela agama Allah.
Ajeng. : Tetapi sampai kapan kita harus menunggu?
Maya. : Sampai Allah ridho dengan perjuangan ini, untuk saat ini dakwah dan kesabaran adalah point yang paling utama, untuk bisa masyarakat kembali kepada kebenaran caranya adalah berdakwah dengan kasih sayang.
Ajeng. : Rasanya hati ini sudah tak kuat lagi menahan rasa marah dan benci.
Maya : Kita harus tetap sabar saat ini kita masi lemah, seperti nabi kita dahulu bersabar terhadap makian dan hinaan juga siksaan yang ia dapatkan dan kita sebagai wanita seharusnya makhluk yang paling pandai menyebarkan cinta kasih kepada manusia, itulah fitrah keibuan yang ada dalam diri kita. Saat ini kita akan melawan melalui tulisan pemikiran kita, karna dakwah mengajak manusia kepada kebenaran.
Di situasi yang lain joko yang pada saat ini masih dalam masa pendidikan ditugaskan oleh partai ke jakarta untuk mengemban misi penyebaran paham komunis agar semakin luas di masyarakat
Botak. : Kamerat kantor pusat menugaskan membantu kader di Jakarta, bukan kah itu adalah kota kekasih mu tinggal.
Joko. : Benarkah itu botak? Jika itu memang benar aku adalah laki-laki bodoh yang beruntung.
Botak. : ya itu benar! Bila aku berbohong kau bisa mengambil jantung ku, lalu kau berikan kepada binatang.
Joko. : Aku senang sekali aku sudah tidak bisa lagi menahan rinduku padanya ingin sekali aku berjumpa denganya, suaranya yang merdu yang lebih merdu dari kicau kenari. Bahkan akan ku bunuh semua kenari bila mengganggu kekasih ku saat bernyanyi juga kecantikannya yang bahkan mawar pun akan malu saat melihat kecantikan kekasih ku karna mereka tidak dapat menyainginya dan matanya bagaikan purnama utuh sinarnya mampu menerangi kegelapan malam di hati ku. Bersumpah lah Botak! Bahwa yang kau katakan itu adalah benar atau jika tidak maka kuburan akan menjadi ranjang pengantin untuk ku karna aku tak sanggup lagi menahan rindu ini.
Bersambung...
Part 7
Berangkatlah joko bersama sahabatnya Botak ke Jakarta dengan mengantongi misi, menjadikan Jakarta lautan merah, dengan rasa rindu yang begitu dalam perjumaapn yang di harapkan. suasana bahagia dalam hati joko. hingga mereka berdua tiba di Jakarta.
"Apakah ini wajah seniman yang akan menjadikan Jakarta lautan merah" Botak melontarkan pertanyaan kepada joko dengan wajah yang penuh semangat itu.
"Kita akan jadikan jakarta menjadi lautan merah sudah saatnya proletar menjadi pemimpin bangnsa ini." dengan wajah penuh keyakinan pula Joko menyambut pertanyaan Botak. di tambah lagi dia akan berkunjung kerumah kekasihnya,
Setelah sampai di Jakarta Joko bergegas mencari alamat Sri. "Dikota tua lampu jalan bercahaya dengan sorot mata bahagia. Akhirnya joko sampai di depan kediaman Sri sambil membayangkan bagaimana dahulu dia pernah punya kenangan bersama kekasihnya itub di tempat ini.
selang beberapa saat Joko tak melihat ada tanda-tanda penghuni rumah dan dia langsung bertanya kepada bapak paruh baya yang sedang asik menyeruput teh dari gelas yang sudah mulai agak kusam, "Maaf pak, kalu saya boleh tau dimana sekarang Sri tinggal pak?" dengan nada sedikit kecewa Joko karna yang di jumpanya sudah tak nampak keberadaannya.
"Diaa sudah pindah kerumah yang ada di ujung Gg ini dik." dengan telunjuk yang sudah nampak keriput itu menunjuk salah satu rumah yang Besar. " dan dia sudah menjadi istri seorang pengusaha sehingga namanya pun berubah menjadi Nyonya Sri Bagus Pratama.
semakin jelas rawut kekecewaan dari wajah joko mendengan penjelasan dari Bapak paruh baya itu.
Malam telah berkhianat
Bumi bopeng oleh luka
Meratap dan terguncang
Hal yang tidak dapat joko percaya, kekasih yang selama ini di rindukannya telah berkhianat. dengan langkah putus asa Joko berjalan pulang dengan amarah luka dan kecewa. dengan sebotol beer murahan yang ia beli di pinggir jalan, lalu dia melampiaskan rasa amarahnya kepada malam, dan oranng yang lalu lalang di sekitar nya menganggap bahwa dia sudah gila dan tidak waras lagi.
"Sekali lagi ku isi cawan dengan rasa kecewa
lalu ku reguk sekering-keringnya hingga bulan menyentak cahaya
menerang kelam di langit mega,
kalau harus menangis menangis sajalah
peduli apa rasa pedih dan perih
biar ku tertawa dan berteriak semuak-muaknya
nembusalah luka yang bersemayam di tubuh rentah,
reguklah air mata dalam ramuan yang paling gila
lalu menyindirilah di sepanjang usia malam."
Sepulangnya ke markas botak bertanya dan ingin mengetahui bahagia apa yang di dapatkan oleh sahabatnya setelah menjumpai kekasihnya.
" cerita apa yang bisa ku dengar tentang pertemuan sahabatku bertemu kekasihnya?"
Joko hanya terdiam dengan wajah termenung .
"ada apa kamerat? botak kembali menegaskan pertanyaannya karna melihat sahabatnya nampak kacau.
" tak ku lihat cahaya bahagia di wajah mu. bukan ini wajah seorang peria yang bertemu kekasihnya!"
"Aku telah hilang, hidupku telah tiada, wanita yang selama ini ku impikan dia bukan milikku lagi botak! aku hanya ingin berjalan sendiri menangis dan meratapi. dan ku ingin hujan turun rintih di malam ini.
Bersambung...
Comments
Post a Comment