Skip to main content

Hujan Pendosa

Ya Robi...
Engkau yang memiliki seluruh alam semesta ini
Aku sering mendengar nama Mu di pangil-panggil disana sini
Dan aku sering di ajak untuk tunduk dan patuh atas semua peraturan Mu
Aku tahu semua seruan mu itu karna dan atas kasih sayang Mu terhadap ku

Namun aku sering acuh tak acuh
Sering iya sering tidak
Di atas panasnya Dosa yang  membakar jiwa ku,
Aku asik bermandikan keringat-keringat dan berenang dalam kemaksiatan

Saat lampu-lampu mulai di matikan,
Hanya ada cahaya dari bintang dari bulan,
Seakan kesejukan dan hawa dingin memanggil ku,
untuk seger berlutut dan bersujut menghadap mu,

Namun aku malu menghadap mu...
Dengan tangan ku yang buntung,
Dengan kaki ku yang pincang,
Dengan mata ku yang buta,
Dengan telinga ku yang tuli,
Bahkan dengan hati ku yang mati.

Aku malu bila harus menghadap mu dengan keadaan Jasad tak ber Ruh
Matikah hati ku ya Allah..?
Apakah aku masih layak di sebut manusia...?


Aku ingin mendekati Mu dengan sangat dekat
Aku ingin mencintai Mu seperti orang-orang sebelum ku
Aku ingin bersimpuh dengan segala kelemahan
Dan kebusukan jiwa raga ku yang asik memakai perhiasaan dunia

Ya Allah...
Aku malu pada  langit yang senantiasa sujud dan taat kepada Mu
Aku malu pada bumi yang senantiasa sujud dan taat kepada Mu
Aku malu pada matahari yang senantiasa sujud dan taat kepada Mu
Aku malu pada angin yang senantiasa sujud dan taat kepada Mu
Aku malu pada ombak yang senantiasa sujud dan taat kepada Mu
Aku malu pada orang-orang beriman yang senantiasa mencurahkan seluruh harta dan jiwa mereka hanya untuk Mu.

Ya Allah... Ya Allah... Ya Allah...
Masih pantas kah pendosa seperti ku ini menyebut-nyebut nama Mu yang indah,
Nama Mu yang Suci, nama Mu yang Maha dari semua nama.
Hukum aku dengan kasih sayang Mu ya Allah.
Jangan Engkau hukum aku dengan kemurkaan Mu.

Curahkan lah hati ku yang penuh karat ini dengan air kasih sayang Mu,
Hujanilah jiwa ini dengan tetesan Rahmat Mu,
Tiupkanlah angin kesejukan kedalam jiwa ku dengan keridhoan Mu,

#SuratSobek


Comments

Popular posts from this blog

WISATA PULAU MUNA “Danau Moko Dan Pantai Walengkabola”

Pulau Muna yang berada di daerah Sulawesi Tenggara mempunyai beragam wisata alam yang selalu memanjakan mata para pengunjungnya. Di pulau ini anda dapat mengunjungi wisata pantai, goa, danau, bukit dan beberapa situs kuno peninggalan sejarah. Dan saya akan memaparkan salah satunya saja yakni Danau Moko. Danau yang di keliling batu karang ini berada di Desa Walengkabola, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Danau yang letaknya tidak jauh dari Pantai walengkabola ini, merupakan danau air payau yang berwarna biru. Selain itu, danau ini juga memiliki seekor penyu yang menjadi pusat perhatian para pengunjung. Pengunjung juga dapat berinterkasi secara langsung dengan penyu ini. Bahkan berenang bersama dengan penyu ini bukan hal yang mustahil jika berada di danau moko. Dan karena letak danau yang tidak jauh dari pantai, dengan berjalan kaki saja wisatawan dapat menikmati desiran ombak Pantai Walengkabola. Untuk ke Pantai wisatawan tidak perlu khawatir karena Pantai ini ...

AIR

Se Suci apakah diri yang hina ini ? Tidak bercerminkah kita ? Tidak kah sadar akan kekotoran diri ini ? Apa air yang setiap hari kita kotor untuk membersihkan tubuh ini tak kunjung membuat kita sadar akan kekotoran diri ini ? Masih pantaskah kita anggap diri ini bersih, suci. Lalu ia mengeluarkan kejernihannya, tunduk atas perintah Mu untuk kembali ketempat kotor karna membersihkan badan-badan, bau dan kotor manusia. Mungkin itulah cara kembali air menjadi mulia, membersihkan segala yang kotor merelakan kejernihannya ternodai. Lantas masih terasa sucikah diri ini ? #SuratSobek

SEBUAH ILUSI

Bandung akan terus menjadi ilusi untuk sebagian remaja yang memburu inspirasi, atau Jogja yang menjanjikan seribu suasana yang menggoda, Ada yang berlomba menuju pulau para Dewa sedang terik matahari Bali tak jauh berbeda dari pesisir Banyuwangi, bahkan aku melihat ada yang menggantungkan harapan di puncak Rinjani dan melepas kepenatan di jernihnya bibir Gili, dan aku menemukan tenang tepat disini di depan pintu kemana kelak aku akan kembali menuju sisi dari segala sisi, menenggelamkan diri dari segala letih serta harapan-harapan yang terus menghantui.