Bukan kah kita pernah sama-sama bangkit dari kegagalan?
Kita juga pernah menari-nari diatas permadani kesengsaraan
Berenang digenangan peluh yang mengalir dari mata air pori-pori bapak
Membalut hati yang koreng dari luka yang mulai mengering
Bukankah kita sering bercerita tentang harapan-harapan yang panjang bahkan lebih panjang dari rokok yang sama-sama kita hisap?
Hari, bulan, tahun, yang telah kita tandai dengan kecemasan serta kegelisahan
Ingat kita bukan para pemenang yang memilih tidur karena merasa semuanya telah berakhir
Kita adalah para petarung dimana perang adalah satu-satunya pilihan agar kita tetap hidup.
Sedikit aku ambil kutipan dari narasi Irvan Aulia
Untuk mengingatkan kita bahwa kita memang ditakdirkan untuk menjadi petarung yang tangguh.
Meski sedikit naif atau mungkin kata-kataku lebih melankolis.
Tapi itulah kita yang sebenarnya.
7 Januari 2018
Kita juga pernah menari-nari diatas permadani kesengsaraan
Berenang digenangan peluh yang mengalir dari mata air pori-pori bapak
Membalut hati yang koreng dari luka yang mulai mengering
Bukankah kita sering bercerita tentang harapan-harapan yang panjang bahkan lebih panjang dari rokok yang sama-sama kita hisap?
Hari, bulan, tahun, yang telah kita tandai dengan kecemasan serta kegelisahan
Ingat kita bukan para pemenang yang memilih tidur karena merasa semuanya telah berakhir
Kita adalah para petarung dimana perang adalah satu-satunya pilihan agar kita tetap hidup.
Sedikit aku ambil kutipan dari narasi Irvan Aulia
Untuk mengingatkan kita bahwa kita memang ditakdirkan untuk menjadi petarung yang tangguh.
Meski sedikit naif atau mungkin kata-kataku lebih melankolis.
Tapi itulah kita yang sebenarnya.
7 Januari 2018
Comments
Post a Comment