Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

GETAR CAHAYA

1 Dzulhijjah 1440 H Getaran itu terasa sampai kepala, memisahkan Manusia dari apa-apa yang dimilikinya, puluhan pasang mata panjang pandangannya, menembus dimensi yang tak pernah tampak oleh bola mata. kebingungan dan ketakutan, bersatu menjadi sebuah pengharapan. dalam ruang yang bergerak, apa masi ada yang ingin diam di tempat? 3 Dzulhijjah 1440 H Sempurnalah Arti Cahaya

POHON MATI

"Pohon pisang, Pohon kelapa, Pohon ceri, Pohon mangga, Dan pohon cemara." Dengan suara parau si pohon mati memanggil satu persatu temannya yang telah menemani hidupnya dari ratusan sabtu yang mereka lalui, "Kini aku telah lapuk, daun ku telah pergi meninggalkanku satu persatu, rantingku yang jatuh telah di ambil burung" untuk membangun sarang, serta sisa batangku yang tersisa dijadikan tempat bercengkrama pagi dan sore hari oleh burung" yang singgah dari lelahnya berterbangan di angkasa." Dengan sisa" suara yang tersisa si pohon mati pun mengucapkan pesan terakhir untuk teman"nya. "Teruslah tumbuh, tugasku telah selesai sampai disini, dan biarkan manusia membakar batangku untuk dijadikan tungku, biarkna abuku menyatu kembali ke tanah, tempat pertama kali aku tumbuh." Semua pohon tertunduk dan berdoa melepas kepergian si pohon mati, lantas pohon kamboja pun melepaskan bunga"nya.

RAGU MENUNGGU

Terpendam dalam relung yang dangkal aku tak tahu kedalaman dari sebuah rasa yang disebut penantian, Bukankah perjalanan harus ada tujuan? Bukankah penantian banyak menghasilkan dunia penciptaan? Bukankah pertanyaan selayaknya bermuara pada jawaban? Lalu kata apa yang pas untuk sebuah kegelisahan yang tak satu kosa kata pun mampu menggambarkan tentang kekeruhan pengelihatan, pendengaran, perasaan, yang menuntut keutuhan bergeraknya seluruh organ.

SEBUAH ILUSI

Bandung akan terus menjadi ilusi untuk sebagian remaja yang memburu inspirasi, atau Jogja yang menjanjikan seribu suasana yang menggoda, Ada yang berlomba menuju pulau para Dewa sedang terik matahari Bali tak jauh berbeda dari pesisir Banyuwangi, bahkan aku melihat ada yang menggantungkan harapan di puncak Rinjani dan melepas kepenatan di jernihnya bibir Gili, dan aku menemukan tenang tepat disini di depan pintu kemana kelak aku akan kembali menuju sisi dari segala sisi, menenggelamkan diri dari segala letih serta harapan-harapan yang terus menghantui.

APA YANG BERUBAH?

Di bakar api yang disebut rindu, Di lempar batu yang disebut cemburu, Di nyanyikan lagu yang lengkingnya tak begitu merdu, Telah ku pandang dari mata ke tiga, bunga-bunga harapan berhamburan di udara, ada yang melihatnya sebagai doa, ada pula yang melihatnya sebagia awal dari malapetaka. untuk meyakinkannya aku bertanya kepada ibu dengan nada berbisik "Bu... apa ini yang disebut cinta dengan berbagai macam bahasa?." tak lagi ku lihat taman yang indah, dengan bunga-bunga yang merekah, atau jalan setapak dimana para pejalan kaki dapat berpapasan tanpa jarak, lantas mereka bisa saling sapa.

INGAT

Ingatkan aku teman! jika besok langkahku sudah terlalu jauh menghujam ke langit, dadaku terlalu membusung menghantam mimpi, ingatkan aku! ingatkan aku bahwa aku masih makhluk yang keluar dari dua lubang air seni, yang berjalanku saja masi tertatih, melihatku masi meraba, hatiku masi rapuh akan sebuah pertanda, pendengaranku masi bising mendengar tangis kelaparan, berdoaku masi sebatas kebutuhan keinginan , ingatkan aku! bahwa aku berada disini bukan karena aku benar-benar peduli, bukan karena aku iba pada semua yang ada, tidak! tidak! aku ada disini hanya karena aku takut kelak aku akan merasakannya, di waktu yang sama kita membahasa berbagai macam kejadian demi kejadian merangkum ulang peristiwa yang hampir usang, di perpustakaan ingatan aku Menemukan ada satu kejadian dimana kita sama-sama menyaksikan proses berjalannya kehidupan

PERUMMPAMAAN

Seperti berkumpulnya semut dikala hujan, Seperti burung yang pulang setelah kenyang, lantas membawa makanannya pulang ke sarang, Seperti lebah yang menghisap sari bunga untuk dihasilkannya madu, Seperti Ibu yang rela berbagi puting kepada si buah hati agar tetap tumbuh, "Cinta memang tak dapat di definisikan, namun terhampar luas mmelalui perantara perumpamaan"

PERTEMUAN

Jika kita tidak dipertemukan di persimpangan jalan atau disebuah pertokoan, sudah dapat ku pastikan kita bertemu di pemakaman, disitu kelak kita akan mengubur diri sendiri kedalam palung yang paling dangkal dari kekeliruan memahami hidup yang tak lepas dari keraguan.